iNews Football – Legenda AS Roma, Daniele De Rossi, kembali membuka cerita tentang perjalanan kariernya sebagai pesepakbola profesional. Menghabiskan 18 musim bersama klub ibu kota Italia itu, De Rossi mengakui bahwa bertahan lama di Roma adalah keputusan buruk jika dilihat dari sisi karier. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada penyesalan atas pilihannya untuk tetap setia membela klub yang dicintainya.
De Rossi, yang lahir di Roma, telah menjadi simbol loyalitas bagi klub berjuluk Giallorossi. Namun, di balik kisah kesetiaannya itu, ada dilema besar yang ia alami sebagai pemain top yang memiliki peluang meraih lebih banyak trofi di klub lain.
Daniele De Rossi memulai kariernya di akademi muda AS Roma saat berusia 12 tahun. Bakatnya yang luar biasa membawa ia masuk ke tim utama pada 2001. Sejak saat itu, De Rossi menjadi salah satu pemain kunci di lini tengah Roma.
Selama 18 musim beruntun (2001-2019), De Rossi tampil dalam 616 pertandingan di semua kompetisi dan mencetak 63 gol. Ia menjadi salah satu pemain dengan penampilan terbanyak dalam sejarah klub, hanya kalah dari legenda lainnya, Francesco Totti.
Di level domestik, prestasi De Rossi cukup terbatas. Bersama Roma, ia hanya meraih tiga trofi sepanjang kariernya, yaitu:
Meski jumlah trofi tersebut minim, perannya sebagai pemimpin di lapangan dan loyalitasnya membuatnya dihormati oleh suporter Roma dan pecinta sepak bola Italia.
Dalam perjalanannya sebagai pemain top dunia, De Rossi kerap mendapat tawaran pindah ke klub besar Eropa. Beberapa klub top yang dikabarkan tertarik merekrutnya antara lain Manchester United, Real Madrid, dan AC Milan. Tawaran ini tentu saja memberikan peluang lebih besar bagi De Rossi untuk memenangkan gelar-gelar bergengsi, seperti Liga Champions UEFA atau Scudetto Serie A.
Namun, De Rossi selalu memilih untuk bertahan di Roma. Baginya, AS Roma bukan sekadar klub, tetapi rumah dan identitas. Ia lebih memilih cinta dan loyalitas terhadap klub yang membesarkannya daripada mengejar kejayaan pribadi di tempat lain.
Dalam wawancara di The Overlap Podcast, De Rossi secara terbuka mengakui bahwa keputusannya bertahan di Roma bukanlah langkah terbaik untuk karier sepak bolanya.
“Ketika Anda di Roma, Anda harus memilih. Kadang Anda beruntung bisa pindah ke klub yang lebih baik, atau tetap di sini. Saya mengambil keputusan ini, dan dari sisi sepak bola itu keputusan yang buruk,” ujar De Rossi.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa ia sama sekali tidak menyesali pilihannya. Bagi De Rossi, bermain untuk Roma adalah impian yang menjadi kenyataan. Kesetiaannya kepada Roma adalah bentuk cinta yang tulus, sesuatu yang lebih penting daripada sekadar koleksi trofi.
“Saya tidak pergi dengan penyesalan. Semua orang di Roma ingin bermain untuk Roma, dan kadang hal itu benar-benar terjadi,” tambahnya.
Pada 2019, De Rossi akhirnya memutuskan untuk mengakhiri karier panjangnya di AS Roma. Keputusan ini menandai akhir dari 18 musim kebersamaannya dengan klub yang ia cintai. Setelah meninggalkan Roma, De Rossi bergabung dengan Boca Juniors di Argentina. Namun, petualangannya di Boca hanya berlangsung singkat. Pada Januari 2020, De Rossi resmi gantung sepatu dan mengakhiri karier profesionalnya sebagai pemain sepak bola.
Meski hanya memiliki sedikit gelar di lemari trofinya, warisan yang ditinggalkan De Rossi untuk AS Roma tidak ternilai harganya. Ia menjadi simbol loyalitas, dedikasi, dan kecintaan terhadap klub. Kesetiaannya menginspirasi banyak pemain muda dan menjadikan De Rossi legenda hidup yang dihormati tidak hanya di Roma tetapi juga di dunia sepak bola.
Sebagai seorang pemimpin di lapangan, De Rossi juga dikenal karena ketegasan, visi bermain yang tajam, dan kemampuannya mengontrol permainan. Ia menjadi panutan bagi generasi pemain tengah berikutnya di Italia dan Eropa.
Daniele De Rossi mungkin menyebut bertahan di AS Roma sebagai keputusan buruk secara karier. Namun, di balik pernyataan itu, ada kisah loyalitas tanpa syarat yang jarang ditemukan dalam sepak bola modern. Bagi De Rossi, bermain untuk Roma adalah tentang cinta, kebanggaan, dan identitas yang tidak bisa diukur dengan jumlah trofi semata.
Warisan De Rossi di AS Roma akan selalu dikenang. Kesetiaannya membuktikan bahwa dalam sepak bola, ada hal yang lebih berharga daripada sekadar kejayaan—yaitu kesetiaan dan dedikasi.