iNews Football – Spekulasi tentang masa depan Manchester United terus mengemuka. Salah satu rumor yang kerap mencuat adalah kemungkinan Zinedine Zidane menjadi pelatih kepala. Namun sampai kini, mantan pelatih Real Madrid itu belum menunjukkan ketertarikan. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa Zidane tak juga mengiyakan tawaran dari klub sebesar MU. Padahal secara reputasi, pengalaman, dan status legenda, Zidane memiliki semua kriteria yang dibutuhkan klub Premier League itu. Jawaban atas pertanyaan ini ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada sejumlah faktor personal, profesional, hingga budaya yang membuat Zidane terus menjauh dari Old Trafford.
Zinedine Zidane memang dikenal sebagai sosok yang sangat selektif dalam memilih proyek kepelatihan. Salah satu alasan utama mengapa ia belum tertarik ke Inggris adalah bahasa. Zidane sendiri pernah mengatakan dalam beberapa wawancara bahwa ia tidak fasih berbahasa Inggris. Bagi seorang pelatih, komunikasi adalah segalanya. Apalagi di Premier League, di mana dinamika ruang ganti sangat kompleks. Zidane merasa belum cukup nyaman untuk memimpin skuad yang berisi banyak pemain dengan latar belakang berbeda tanpa penguasaan bahasa yang kuat. Ia tidak ingin mengambil risiko hanya demi prestise semata. Keputusannya ini dianggap realistis oleh banyak analis sepak bola.
“Baca Juga : Cedera Kevin Diks: Ancaman bagi Timnas Indonesia di Laga Berikutnya”iNews Football –
Selain bahasa, ada pula faktor budaya yang membuat Zidane belum tergoda. Lingkungan sepak bola Inggris dikenal keras, penuh tekanan media, dan tidak segan mengkritik. Zidane yang terbiasa dengan pendekatan tenang ala Prancis dan Spanyol merasa ritme Premier League terlalu padat. Ia cenderung menyukai klub yang memberikan kebebasan taktis tanpa intervensi berlebihan dari manajemen. Di Real Madrid, ia berhasil karena memiliki chemistry kuat dengan pemain dan staf. Di MU, struktur klub yang rumit serta ketidakkonsistenan manajemen dianggap tidak cocok dengan gaya kepemimpinannya. Hal ini menjadi salah satu penghalang besar yang sulit diatasi hanya dengan tawaran gaji besar atau status global klub.
“Simak juga: Apner Amik, Atlet MMA, Alami Kecelakaan : Update Kondisinya”
Zidane juga dikenal memiliki ambisi yang sangat kuat untuk melatih tim nasional Prancis. Setelah sukses besar di klub, ia disebut-sebut ingin memberi kontribusi pada level negara. Banyak yang memprediksi ia hanya akan kembali ke dunia kepelatihan jika mendapat kesempatan menangani Les Bleus. Ini juga menjadi alasan mengapa tawaran dari klub mana pun, termasuk MU, belum membuatnya bergerak. Fokusnya kini adalah menunggu momentum yang tepat. Jika Didier Deschamps mundur dari kursi pelatih Prancis, banyak pihak yakin Zidane akan jadi penerus. Dengan skuat muda berbakat seperti Kylian Mbappé dan Eduardo Camavinga, Zidane dipercaya mampu membawa generasi baru Prancis ke puncak kejayaan.
Selama melatih Real Madrid, Zidane menikmati masa kejayaan luar biasa. Ia memenangkan tiga trofi Liga Champions secara beruntun, sebuah pencapaian langka di era modern. Ketika membandingkan Real Madrid dengan Manchester United saat ini, terlihat perbedaan besar dalam hal stabilitas dan kualitas skuad. MU masih dalam proses membangun kembali identitas mereka. Di sisi lain, Real Madrid sudah memiliki fondasi kuat yang hanya perlu dipoles. Zidane adalah tipe pelatih yang cocok untuk klub yang sudah matang, bukan yang sedang membangun dari awal. Oleh karena itu, ia mungkin menilai MU belum siap memberikan ruang dan struktur yang ia butuhkan untuk berhasil.
Ketiadaan Zidane di kursi pelatih MU tentu mengecewakan sebagian penggemar. Mereka melihat Zidane sebagai sosok karismatik yang mampu mengembalikan kejayaan klub. Namun banyak juga yang memahami keputusannya. Di era sepak bola modern, menjadi pelatih klub besar tak hanya soal taktik, tetapi juga manajemen tekanan, media, dan ekspektasi. Zidane tidak ingin terjebak dalam sistem yang tidak sesuai dengan prinsip pribadinya. Ia memilih untuk menunggu proyek yang lebih ideal daripada memaksakan diri. Hingga saat ini, masa depan Zidane tetap menjadi teka-teki menarik di dunia sepak bola. Apakah MU akan terus mengejar, atau justru berpaling ke nama lain yang lebih siap?