iNews Football – Timnas Indonesia U-23 datang ke Piala AFF U-23 2025 dengan ekspektasi tinggi. Namun, meski tampil dominan dalam penguasaan bola, hasil akhirnya tak sejalan dengan harapan. Kekalahan 0-1 dari Vietnam di final membuat mimpi juara pupus di kandang sendiri. Dominasi ternyata tak selalu berarti kemenangan.
Indonesia mencatat rata-rata ball possession 71,2 persen sepanjang turnamen. Angka ini luar biasa, tetapi tak diikuti dengan ketajaman di lini depan. Dalam final, Indonesia unggul 68 persen penguasaan bola namun gagal mencetak gol. Ini menegaskan bahwa kontrol permainan saja tidak cukup tanpa penyelesaian akhir yang efektif.
“Baca Juga : Venue Final Piala AFF U-23: Gelora Bung Karno Malam Ini“
Perjalanan Garuda Muda dimulai dengan kemenangan telak atas Brunei. Namun, saat menghadapi tim yang lebih rapi seperti Filipina dan Malaysia, mereka mulai kesulitan. Di semifinal, Indonesia menang lewat adu penalti melawan Thailand, tapi di final mereka tumbang oleh Vietnam. Dominasi mereka tidak selalu menghasilkan gol.
“Simak Juga : Pertemuan Sengit di GBK: Final U‑23 Indonesia vs Vietnam“
Laga final memperlihatkan kelemahan nyata Indonesia. Meski unggul dalam penguasaan bola, mereka gagal menembus pertahanan Vietnam. Satu-satunya gol justru datang dari lawan yang bermain lebih efektif. Situasi ini menjadi refleksi bahwa strategi Indonesia belum cukup tajam di sepertiga akhir lapangan.
Salah satu penyebab mandeknya serangan adalah kurangnya kreativitas gelandang. Meski operan mencapai ribuan dengan akurasi tinggi, mayoritas hanya berputar di area belakang. Tidak ada umpan progresif yang tajam. Indonesia butuh playmaker sejati untuk menghidupkan serangan dari tengah.